57% Pendengar Radio Adalah Generasi Milenial dan X

Banyak asumsi yang timbul bahwa kependengaran radio ini perlahan-lahan mulai turun, seiring dengan bertumbuhnya media online saat ini. Namun, hasil riset Nielsen Radio Audience Measurement kuartal ketiga 2016 menunjukkan hal yang sebaliknya.  Sebanyak 57% pendengar radio adalah konsumen masa depan yang berada pada usia yang relatif muda.

Kontribusi pendengar radio ini didominasi oleh millenials 38%, generasi x dengan 28%, dan generasi z 19%. Sementara pendengar radio pada generasi baby boomers dan silent generation relatif lebih sedikit, masing-masing yang hanya berkontribusi sebesar 13% dan 2%.

step0002

Tak dapat dipungkiri bahwa ini menjadikan internet adalah media yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja, namun kenyataannya internet tidak lantas mengambil alih peran radio dari para pendengarnya. Media radio lebih menyasar pada para pendengar lokal dan bersaing sangat ketat dengan internet.

Di beberapa kota, seperti Yogyakarta, Bandung, Banjarmasin, Makassar dan Palembang bahkan penggunaan radio melampaui penggunaan internet. Radio masih dianggap sebagai media berbasis komunitas, sehingga pesan komunikasi yang tersampaikan melalui radio biasanya disesuaikan dengan pendengar yang lebih spesifik dan dirancang khusus untuk dapat menyesuaikan kebutuhan penduduk di kota-kota tertentu. Radio dan internet pun dapat saling melengkapi karena para pendengar radio ini juga mengakses internet, sehingga internet dapat menjadi platform bagi radio untuk menjangkau mereka.

Para pemain di industri radio pun tidak berdiam diri begitu saja di tengah pesatnya perkembangan internet. Chandra Novriadi, Direktur Female Radio, mengatakan kini radio tidak hanya siaran di 1 platform saja, tapi sudah multi platform. Radio kini sudah mengarah radio digital dimana radio digital ini berbeda dengan radio online.

Di radio online, pendengar perlu terhubung dengan koneksi internet untuk menikmati siaran sedangkan radio digital tidak perlu internet. Fitur di radio digital inipun lebih banyak, tidak hanya suara, tapi juga bisa menampilkan teks dan gambar dalam layar menu radio.

Untuk itu, kini kriteria penyiar radio tidak hanya dinilai dari suaranya saja, tapi dilihat juga penampilannya. “Hampir semua radio di Indonesia sudah punya aplikasi dan websitenya sendiri. Kami berusaha hadir di setiap platform. Contohnya, radio Prambors punya punya konten khusus di YouTube. Tantangannya adalah bagaimana menyiapkan konten yang berbeda untuk di setiap platform ini,” jelasnya. Ia juga menambahkan radio tidak hanya bertumpu pada pendapatan iklan di radio analaog juga, tapi mulai memperluas sumber pendapatan ke radio digital, mengadakan event, dan lain-lain.

sumber : swa online

Leave a Reply