RADIO : TETAP RELEVAN DI TENGAH PERUBAHAN

Banyak sekali pertanyaan yang masuk kepada INSTEREO yang bertanya bagaimana menjalankan radio yang baik sesuai dengan keadaan Industri radio saat ini baik lewat email ataupun secara langsung.

Pada tulisan kali ini INSTEREO akan mencoba memberikan gambaran sebagai referensi yang berdasarkan pengalaman kami selama berada di industri radio yang mungkin dapat memberikan wawasan baru untuk melakukan perubahan terhadap radio anda agar menjadi lebih baik karena jika radio anda lebih baik andapun sudah membuat perubahan untuk industri radio Indonesia.

Kita tahu bahwa keadaan tidak selalu mudah untuk banyak radio di Indonesia dengan persaingan di dunia media yang terus dinamis dan berubah dengan cepat sesuai dengan perkembangan zaman. Banyak radio baik di kota besar ataupun di kota kecil yang “struggling” untuk berhasil.

Pertanyaannya apakah karena industrinya? atau karena wawasan SDM-nya yang tidak mengikuti perkembangan zaman. Sehingga memiliki management yang salah ataupun strategi yang salah arah baik terhadap pendengar ataupun pengiklan. Akibatnya radio dinilai tidak “Sexy” atau tidak efisien sebagai media informasi dan hiburan dan juga sebagai tempat beriklan.

Banyak radio mengakali hal ini dengan melakukan diskon besar-besaran untuk mendapatkan revenue atau malahan melakukan perang harga dengan diskon besar kepada pengiklan untuk menarik minat beriklan dibanding kompetitor. Dengan keadaan seperti ini sebenarnya hal ini bisa menjadi pisau bermata dua untuk sebuah radio agar bisa survive. Yang pertama radio ini bisa hidup dengan strategi ini atau yang kedua radio tersebut bisa terus tergerus karena tidak dapat menutupi cost di akhir tahun.

Sebelum kita berbicara lebih panjang, ada sebuah pertanyaan yang harus dijawab untuk anda yang berada di dalam industri radio, apa yang membuat anda memilih berkarir di dunia radio? kenapa tidak jadi Bankir, Dokter ataupun profesi lainnya? Mudah-mudahan pertanyaan ini bisa mengingatkan kembali alasan kuat anda untuk terus berjuang di industri ini sebagai profesi yang anda cintai dan tentunya untuk membaca tulisan ini hingga selesai.

Langkah Awal

Pertama-tama kita harus mulai dari basic-nya dengan memberikan pertanyaan dasar, apa yang bisa membuat radio saya disukai oleh pendengar dan apa yang bisa saya janjikan kepada pendengar untuk perlu mendengarkan radio saya?

Karena pertanyaan ini akan menjadi sebuah target awal sebuah radio untuk menentukan konsep dan strategi yang baik untuk memenangkan persaingan, tidak hanya memenangkan persaingan dengan sesama radio tapi dengan media lain yang ada dan di konsumsi oleh target kita yaitu pendengar radio.

Banyak radio hadir dengan mengusung konsep lama yang mungkin tidak berubah semenjak 15 sampai 10 tahun lalu. Sehingga mereka berjalan di tempat dan tidak sadar bahwa kebiasaan konsumsi media radio sudah berubah. Selain itu ada juga yang sadar bahwa konsumsi media sudah berubah sehingga merubah konsepnya namun dengan formula yang salah, tanpa mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan masyarakat sekarang ini terhadap sebuah radio, alias copycat radio yang lebih berhasil padahal tidak mengerti dengan benar detail strategi dari radio yang sedang ditiru.

Lalu pertanyaannya adalah dari mana saya harus memulai berbenah? Yang pertama kali harus dilakukan adalah dengan menentukan konsep apa yang ingin ditawarkan dari radio anda? Mulai dari menentukan formatnya, karena radio itu masih format driven bukan program driven seperti halnya televisi.

Kenapa menentukan format tersebut menjadi hal yang sangat penting? karena jika format sudah ditentukan kita bisa mulai mengurai cost yang akan ditimbulkan dari radio tersebut. Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan format yang tepat untuk radio anda? Untuk mengetahui demand yang ada kita harus berani untuk melakukan sebuah riset yang baik.

Riset? Pentingkah?

Menentukan sebuah format kita harus mengerti terlebih dahulu dengan kebutuhan dari pendengar disebuah kota tempat radio kita berada. Riset yang baik seperti FGD (Forum Group Discussion) adalah awal yang baik untuk mendapatkan insight yang mendalam untuk mencari tahu format radio apa yang sebenernya dibutuhkan, apakah radio News & Talk, CHR (Contemporary Hits Radio) atau mungkin format radio AC (Adult Contemporary) yang dibutuhkan oleh kota tersebut. Bagaimana membuat sebuah FGD yang baik? anda bisa melakukan konsultasi kepada perusahaan riset atau konsultan radio yang berpengalaman untuk meng-conduct sebuah FGD radio yang baik.

Lewat FGD kita bisa mendapatkan detail demand dari pendengar hingga ke poin-poin terkecil, seperti siapa penyiar yang harus kita rekrut sampai informasi atau hiburan apa yang pendengar inginkan. Data mining ini sangat penting agar kita bisa berjalan dengan arah yang sesuai dan tidak memiliki resiko kesalahan yang besar.

Pernahkah anda membuat sebuah riset kecil siapakah penyiar yang pendengar inginkan untuk berada di siaran pagi radio anda? Mungkin anda akan kaget dengan hasilnya.

Setelah mendapatkan insight-insight yang diperlukan serta masukan dari FGD dan sudah dipresentasikan oleh badan riset atau konsultan radio yang anda pilih, manajemen bisa menentukan kembali format mana yang cocok dan sesuai dengan target dari perusahaan baik dalam segi modal maupun bisnis yang dicapai. FGD yang dijalankan dengan baik dan benar ini yang akan membuka wawasan untuk menyatukan temuan-temuan yang nantinya dirangkum menjadi sebuah strategi program, promotion, marketing dan juga sales.

Setelah diputuskan format apa yang akan menjadi “hidangan” di radio tersebut, baru kita mulai menentukan struktur cost dan juga target revenue yang ingin dicapai. Untuk menentukan target revenue hal ini juga bukan hal yang mudah karena harus melakukan riset bisnis kembali dengan mencari informasi dari instansi-instansi terkait dan berhubungan langsung dengan industri media dan radio baik lokal maupun skala nasional.

Contoh untuk riset seperti yang dilakukan oleh klien kami radio 92.4 Del FM di Toba, Sumatera Utara. Dari hasil riset untuk kebutuhan pendengar anak muda di sekitar Tobasa ternyata banyak insight yang belum pernah kami temukan dari sisi kebutuhan musik misalnya, ternyata di luar prediksi kami. Lewat riset ini kami menemukan komposisi musik yang sangat jauh berbeda dari klien-klien kami yang lainnya. Hasil riset ini sangat memudahkan kami untuk menentukan format dan strategi yang tepat.

“Research is what I’m doing when I don’t know what I’m doing”

-Wernher von Braun-

Meramu Formula Content

Setelah insight dan format ditentukan, sekarang tinggal kepiawaian tim untuk meramu content yang akan kita sajikan, ibaratnya kita adalah sebuah restoran, menu apa yang ingin disajikan kepada orang yang datang. Setiap restoran tentu punya menu andalan yang membuat restoran ini beda dengan restoran lainnya. Semakin enak hidangannya orang akan datang terus. Analogi ini sama seperti kita di radio, semakin bagus konten kita, pendengar akan terus datang dan setia “memakan” konten yang kita sajikan. Tentu hal ini akan lebih mudah karena kita sudah memegang data penting lewat riset sebagai penuntun kita menentukan menunya.

Contohnya jika kita adalah format radio News & Talk, berita dan packaging talkshow seperti apa yang membuat pendengar senang dan mereka butuhkan untuk mendengarkan kita dibanding radio News & Talk lainnya. Karena berita bisa jadi sama, tapi beda strategi konten dan packaging bisa menjadi lebih menarik.

Begitu pula dengan radio CHR yang banyak didapati di radio segmen remaja, konten dan lagu seperti apa yang kita sajikan yang menjadikan kita lebih baik dari radio lainnya dengan format yang sama. Bahkan hingga lagu pun di riset kepada pendengar lewat Audience Music Test (AMT) atau Online Music Test (OMT), riset AMT dan OMT ini lebih dulu dilakukan oleh radio-radio di Amerika, Australia, Singapura, Malaysia hingga beberapa radio besar di Indonesia. Gunanya riset ini adalah mengetahui langsung lagu-lagu mana yang disukai oleh pendengar sehingga Music Director jadi mengetahui lagu-lagu mana yang harus diputar berdasarkan data yang akurat, bukan selera pribadi atau “titipan”.

Pernah mendengarkan sebuah radio dengan playlist yang enak untuk didengar dengan lama? mungkin radio tersebut melakukan music test untuk lagu-lagu yg mereka putarkan.

“Kok sekarang jadi ribet seperti ini sih radio?”, ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan ketika INSTEREO mengisi beberapa forum diskusi dari radio. Ini adalah sebuah hal yang lumrah, bahkan ada yang kembali bertanya kepada kami, “ Kenapa di jaman dulu hal-hal seperti riset dan lain-lain tidak dilakukan radio saya bisa sukses aja?”, bukan radionya yang semakin “ribet”, tapi perilaku audience-nya yang sudah berubah. Contoh kasusnya semudah ini, kalau sebuah semua radio tidak memutarkan lagu yang diinginkan oleh pendengar, pendengar akan mencari subtitusinya dengan cepat karena jaman sekarang banyak aplikasi pemutar lagu online. Dengan semudah mungkin lewat sentuhan jari mereka bisa mendapatkan playlist yang mereka inginkan.

Mungkin 10-15 tahun lalu, program request lagu menjadi program yang paling diminati karena akses terhadap musik masihsangat terbatas dan radio menjadi rajanya konten musik, namun saat ini hal ini sudah berubah, semua bisa mengakses musik dengan mudah lewat smartphone.

Contoh kasus kedua, jika sebuah radio dengan format News dan Talk tidak memiliki informasi yang dibutuhkan pendengar, pendengar juga akan mencari subtitusinya dengan langsung mencari berita online atau untuk mencari info traffic semudah dengan menyalakan Google Maps atau Waze. Data riset diperlukan untuk terus meng-capture perubahan perilaku pendengar dan bisa terus memotret kebutuhan mereka di kehidupan sehari-hari terhadap sebuah radio.

Tantangan paling besar untuk pelaku industri radio saat ini adalah bersaing content dengan media lain, radio harus memberikan alasan kuat kenapa radio masih harus terus dikonsumsi baik oleh pendengar dan pengiklan. Tanpa alasan kuat tersebut, apakah radio masih menjadi media yang dipilih? Kompetisi saat ini bukan hanya dengan radio tetangga tapi big picture-nya adalah bersaing dengan media lain. Bukan berarti untuk mengalahkan Facebook sebuah radio harus melawan dengan mendirikan Facebook lagi, tapi kepiawaian berkolaborasi dengan social media membuat radio kita menjadi lebih ber-impact dan dibutuhkan.

“CONTENT is KING” – Bill Gates-

Si Masalah Klasik Bernama SDM

Masalah klasik kedua dari industri radio adalah bagaimana menaikkan capacity building dan regenerasi SDM. Masalah SDM ini selalu dikeluhakn oleh banyak radio selama kami menjadi konsultan radio. Problem yang paling sering dijumpai adalah SDM yang tidak berkembang sesuai dengan perkembangan industri radio modern saat ini.

Ilmu-ilmu yang diajarkan oleh generasi sebelumnya mungkin sudah tidak fit to the industry lagi. Celakanya banyak radio yang tidak mau meng-invest training untuk menaikkan capacity building dari SDM-nya karena masih menganggap karyawan adalah cost centre bukan sebagai asset.

Tidak banyak radio yang berani membuat training internal dengan memanggil trainer radio yang dibutuhkan untuk menambah wawasan karyawannya. Bahkan ketika seorang karyawan ijin untuk mengikuti training gratis tentang radio saja masih sering ditolak oleh atasan, dengan alasan lebih baik kerja daripada ikut training alias tidak mau rugi waktu kerja. Radio harus punya manajemen SDM yang baik dengan terus menambah kapasitas SDM-nya agar terus bisa berkembang untuk membuat radio tempat ia bekerja juga semakin maju dan berkembang.

Susahnya regenerasi SDM radio ini terjadi tidak hanya di kota kecil, beberapa kota besar juga mengalami hal ini. Minat Gen Z untuk terjun di Industri radio mengalami penurunan dibanding generasi sebelumnya. Ini karena mereka memandang industri radio kalah “sexy” dengan industri media lain seperti industri digital yang sekarang lebih dekat dengan kehidupan mereka. Hal ini bisa disebabkan karena industri radio tidak memberikan “excitement” untuk mereka mau terjun sebagai orang dengan darah R alias darah radio.

Contoh kasus, untuk mencari SDM sebagai Produser radio akan lebih sulit dibanding membuka lowongan penyiar, karena profesi penyiar masih dianggap profesi yang “Cool” sebagai influencer untuk mencari popularitas dalam pencarian jati diri mereka.

Masalah SDM ini adalah masalah yang sangat rumit, karena pelaku SDM yang ada memiliki capacity yang kurang karena tidak ada pelatihan yang serius dan untuk mencari SDM baru sangat sulit karena bekerja di radio dianggap tidak menarik. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana menyikapi permasalahan ini?

Kita harus melihat dari permasalahan di hulu bahwa banyak radio tidak berbenah dan terus memperbaiki diri agar dicintai oleh calon pelaku industrinya. Untuk SDM yang sudah ada, radio harus berani memberikan pelatihan-pelatihan yang terstruktur lewat lembaga terkait seperti PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Indonesia) atau BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) dari sisi pemerintah.

Beberapa kali INSTEREO selalu mengisi workshop radio yang diadakan oleh BEKRAF, menurut penilaian dan kesimpulan kami bahwa SDM radio yang ada selalu haus akan ilmu-ilmu baru namun tidak banyak training yang diadakan untuk mereka. Hal ini sangat disayangkan, padahal lewat training rutin seperti ini kapasitas pelaku industrinya akan terus berkembang dan harapannya juga akan memberikan dampak positif kepada industrinya secara langsung.

Produksi Harus Berkualitas

Sebagai media yang main bisnisnya dari audio, banyak radio yang memandang kualitas produksi sebelah mata. Terbukti masih banyak radio yang belum secara serius menggarap divisi produksinya dengan serius. Baik dalam membuat sebuah station ID, promo program, fitur tetap atau bahkan iklan radio yang dibuat. Padahal basic-nya radio itu bisnis audio. Sehingga kualitas audio baik dari teknis dan contentnya harus dipastikan yang terbaik.

Pernah kami sedang trip ke sebuah kota dan selalu kami coba monitor dengan mendengarkan radio-radio yang ada di kota tersebut, ketika sedang mendengarkan sebuah radio kami mendengarkan sebuah promo program dengan VO yang tidak membuat kami penasaran unutuk mendengarkan program tersebut, VO-nya sangat datar dengan skrip yang tidak menarik. Padahal ini adalah promo internal radio tersebut untuk mempromosikan program radio yang ada di dalam radio yang kami dengar. Bagaimana bisa menarik pendengar untuk tertarik mendengarkan radio, jika produksi radio semacam ini bisa on air.

Untuk mencari referensi yang bisa menjadi acuan seperti apa produksi radio yang baik mungkin kita bisa mencoba mendengarkan radio-radio yang industrinya lebih maju seperti Amerika, Australia atau bahkan radio-radio di Malaysia. Bahkan di Amerika, perusahaan untuk menggarap produksi radio menjadi sumber bisnis sangat menjamur, seperti banyaknya production house radio yang menyediakan jasa untuk radio station imaging. Hal ini karena mereka ingin terus menjaga kualitas produksi radio agar terus menarik untuk didengar.

Keseriusan dalam menciptakan kualitas produksi radio harus dilakukan oleh setiap radio di Indonesia untuk menjaga kualitasnya agar terus menjadi media yang menarik untuk di konsumsi. Produksi radio ini sekarang terus berkembang tidak hanya pada segi audio saja, namum sudah lebih dari itu, produksi radio sekarang harus juga bisa menjadi audio dan visual.

Promotion is A MUST!

Setelah pembenahan konten secara menyeluruh, langkah berikutnya adalah bagaimana menentukan strategi promosinya agar pendengar mengetahui apa yang kita tawarkan untuk di dengar. Analogi paling simpel adalah, anda telah membangun sebuah rumah atau resort yang mewah dan megah. Kita harus memberitahu kepada calon tamu untuk minimal mengetahui dan mengajak mereka untuk mencoba fasilitas yang kita miliki, mengajak mereka untuk merasakan dan melihat apa yang kita tawarkan. Ini adalah analogi yang paling simpel untuk mengetahui fungsi dari sebuah strategi promosi terhadap radio anda.

“Tapi kan untuk promosi kita butuh budget besar, radio saya modalnya pas-pasan”, siapa bilang bahwa untuk berpromosi kita harus memiliki budget yang besar? Kembali kita melihat analogi diatas sebagai landasan berpikir yang simpel, apalagi radio bentuknya adalah sebagai media. Lain halnya jika memang sudah disiapkan budget promosi yang besar sesuai dengan struktur cost dan business plan yang disepakati di awal, namun tidak semua radio memiliki kemewahan ini. Ada jalan yang paling mudah yaitu dengan kerjasama dengan partner-partner dengan melakukan barter promosi dan menggunakan social media sebagai media promosi gratis.

Ada satu contoh kasus yang menarik yang dilakukan oleh Radio Andhika di Kediri sebagai radio berformat News, mereka memiliki signature event yang di build dari nol sebagai kegiatan promosinya dengan mengadakan Jumat Berkah, yaitu dengan membagi-bagikan nasi bungkus kepada warga Kediri dengan melibatkan pendengar dan dilakukan setiap hari Jumat. Sehingga Radio Andhika menjadi radio yang memiliki Brand Perception baik oleh warga Kediri.

Contoh kasus lain untuk radio CHR adalah salah satu klien kami 963 Medan Fm yang konsisten berpromosi dengan memberikan seminar gratis untuk public speaking ke sekolah-sekolah dan kampus sebagai target market yang mereka tuju. Sehingga mereka dikenal sebagai radio anak muda lokal kota Medan.

Dalam menentukan strategi promosi dibutuhkan ide-ide kreatif untuk menggunakan seluruh aset yang kita punya, it’s not always about the budget, but all you need is creativity! Banyak juga radio-radio yang memiliki budget promosi besar namun tidak berhasil menggiring pendengar untuk mencoba “menu” yang dihidangkan. Kembali lagi, riset di awal memiliki andil yang penting juga untuk sebuah radio memiliki strategi promosi yang benar dan berhasil.

Ingat, perusahaan besar seperti Samsung dan Apple sekalipun terus menjalankan promosi meskipun mereka adalah brand yang sudah dikenal oleh dunia.

“Every dollar I made from DJing, I put into my videos, promotion – everything”- DJ Khaled-

Ratings = More Revenue?

Setelah membaca tulisan diatas yang lebih banyak berhubungan dengan pendengar kini kita coba membahas dari sisi bisnisnya. Bagaimana dengan revenue? apakah radio masih memiliki potensi revenue yang besar? Untuk menjawab hal ini pertama-tama kita harus merubah mindset kita menjadi mindset yang positif bahwa opportunity itu selalu ada dan opportunity itu harus kita ambil. Bisnis radio masih memiliki potensi yang baik tidak hanya di kota besar, bahkan kota kecil sekalipun.

Bayangkan, radio masih terus menjadi fasilitas yang ada di sebuah mobil dan juga banyak terdapat di smartphone. Opportunity-nya masih sangat terbuka dengan lebar.

Pertama-tama kita perlu kejelian untuk melihat opportunity ini dengan melihat potensi yang ada di sekitar radio tempat kita berada. Potensi lokal revenue dapat kita gali secara maksimal jika kita jeli akan hal ini, terlepas dari revenue nasional yang bisa kita dapat dari agency dan radio buying yang ada di Indonesia untuk memasarkan brand yang mereka pegang.

Selain itu semua ada hal penting yang harus kita lakukan untuk mendapatkan “trust” dari para calon pengiklan. Yaitu dengan menaikkan rating dari radio kita lewat manajemen konten dan strategi konten yang baik. Untuk kota-kota besar yang memiliki riset dari Neilsen sebagai badan yang melakukan riset untuk kependengaran radio akan lebih mudah karena datanya bisa langsung dibaca jika kita berlangganan Nielsen. Namun bagaimana dengan kota-kota yang tidak memiliki hasil riset kependengaran radio? bagaimana mereka meyakinkan calon klien untuk percaya memberikan budget kepada radio kita sebagai sarana promosi?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus tahu dulu apa yang harus dicapai oleh sebuah radio selain rating dengan angka yang bisa menjadi acuan, persepsi terhadap Brand radio anda diperlukan disini untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak calon pengiklan dan pendengar. Menciptakan Brand Perception yang baik ini bukan sebuah proses yang langsung jadi tanpa proses dan kerja keras yang panjang.

Untuk me-refresh ingatan kita tentang proses Brand Perception kita harus mengerti dan melakukan proses Brand Image terlebih dahulu

Menurut Joseph Plummer, brand image terdiri dari tiga komponen, yaitu:

  1. Product attribute, berupa hal-hal yang berkaitan dengan brand tersebut, seperti kemasan, rasa, harga, dan lain-lain;
  2. Consumer benefits, berupa fungsi produk dari brand tersebut;
  3. Brand personality, berupa asosiasi mengenai sebuah brand apabila brand tersebut adalah manusia.

Ketiga hal ini akan lebih mudah kita jalankan jika menggunakan data riset yang telah kita lakukan sebelumnya.

Jika sebuah radio sudah memiliki Brand Perception yang kuat di market hal ini akan sangat membantu untuk menciptakan revenue meskipun tidak ada data ratings seperti yang dikeluarkan oleh Nielsen di 11 kota besar di Indonesia.

Strategi konten dan promosi sangat berperan besar untuk membuat Brand Image dan Brand Perception yang baik di mata pendengar dan calon pengiklan.

Contoh kasus yang terjadi dengan SKFM di kota Kupang. Pembenahan yang dilakukan dari awal mulanya sebuah radio News dan berubah menjadi format CHR dengan strategi konten dan branding yang baik, memiliki brand perception yang sangat kuat di kota Kupang di mata pendengar dan pengiklan tanpa data rating berbicara.

Fakta : Ada radio single station yang revenuenya bisa mengalahkan radio yang memiliki jaringan.

“Determine who you are and what your brand is, and what you’re not. The rest of it is just a lot of noise.” – Geoffrey Zakarian –

Radio 3D

Tuntutan di jaman yang serba dinamis ini memaksa sebuah radio untuk tidak hanya jadi jago kandang lewat pancaran di udara. Sialnya kita sebagai orang radio, radio selalu kini dituntut untuk tidak hanya kuat di on air tapi seorang pelaku industri radio itu harus memiliki pemikiran seperti orang TV dan juga orang media digital. Kami menyebutnya 3D radio, yaitu radio itu harus bisa :

  • Didengar
  • Dilihat
  • Dirasakan

Setiap individu radio baik di divisi apapun di radio harus berpikir dengan 3D ini. Tuntutan untuk radio bahwa kita harus bisa berkolaborasi dengan banyak channel. Didengar lewat ON AIR, Dilihat lewat brandingan radio baik lewat promosi di BTL (Below The Line) atau lewat konten digital dan Dirasakan lewat event-event keren yang dilakukan oleh radio kita. Seluruh panca indera manusia harus disentuh oleh radio tidak hanya kuping seperti 10-20 tahun yang lalu. Jika ditanya alasannya, kembali kita liat bahwa kebiasaan konsumsi media sudah berubah dan kita harus ikuti perubahan ini jika tidak mau ditinggalkan.

Multichannel Content Distribution

Setelah kita mempelajari 3D Radio, lalu pertanyaannya adalah bagaimana radio dengan mudah mendistribusi konten di luar ON AIR? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita bertanya kepada diri kita selain mendengarkan radio apa saja media lain yang sering kita akses? Tentu mengakses social media akan menjadi top of the list. Untuk itu distribusi konten kita lewat social media adalah sebuah langkah yang baik dan harus dijalankan secara serius bukan hanya sekedar punya official account.

Ada contoh kasus yang menarik seperti yang dilakukan oleh Suara Surabaya sebagai radio News. Dari berita on air yang mereka distribusikan mereka juga membuat konten berita video lewat social media sebagai bentuk visual yang selalu memiliki insight yang baik khususnya di Facebook Fanpage Suara Surabaya, konten-konten digital ini banyak di share kembali oleh followers mereka. Inilah yang dinamakan Multichannel Content Distribution, radio harus berani menjadi media yang seperti Bunglon, cepat beradaptasi dengan media lainnya.

Apakah memiliki aplikasi streaming itu penting? ini adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada kami, jawabannya ya aplikasi streaming itu sangat penting tapi jangan berhenti di tahap tersebut, aplikasi streaming harus bisa dikembangkan sebagai aplikasi yang lebih daripada sekedar streaming, fungsi-fungsinya harus disesuaikan dengan kebutuhan market dimasing-masing kota radio itu berada dan kembali, riset menjadi penting untuk menggali insight demi pengembangan aplikasi streaming yang kita punya saat ini. Bahkan kita harus persiapkan aplikasi kita menjadi revenue centre yang baru. Jangan lupa…radio jaman sekarang harus 3D! Jadi selalu berpikir dan berinovasi dengan landasan tersebut.

“We need to engage consumers emotionally. We need to give consumers a reason to listen to our message. This is about seduction — not repetition.”

-Michael Aidan, head of digital and vice president of digital brand platforms at food corporation Group Danone-

Maintain & Keep Evolving… A Never Ending Process

Langkah ini adalah langkah yang paling sulit, ketika brand radio anda sudah berhasil membentuk persepsi Brand atau bahkan memiliki rating yang baik, menjaga persepsi Brand ini adalah sesuatu yang lebih sulit daripada meraihnya. Dibutuhkan konsistensi dari seluruh team dan tuntutan untuk terus selalu melakukan evaluasi dan inovasi. Strategi riset harus terus konsisten dilakukan baik itu riset besar atau riset kecil untuk mengetahui performa radio anda juga kompetitor dan juga habit pendengar radio anda. Banyak radio yang sudah memiliki persepsi yang baik dengan mudah tergilas dengan radio lain yang baru reformat karena mereka berada di zona nyaman. Memastikan tim radio kita untuk senantiasi berinovasi dengan kreatif-kreatif baru adalah hal yang terus harus kita jaga. Karena dalam perjalanannya akan banyak hal-hal dan masalah baru yang harus kita hadapi dari internal dan eksternal.

Buat kami radio itu adalah media yang sangat powerful, bagaimana tidak, radio dapat menjangkau seluruh lapisan elemen masyarakat dari kota besar hingga ke desa sekalipun dan dapat kuat karena dia bisa bermuatan local content sehingga lebih dekat dengan pendengarnya. Tidak ada media elektronik lain yang bisa mengadaptasi sifat ini hingga saat ini. Hanya saja tidak semua pelaku industri radio mau dan bisa mencari wawasan baru untuk mengelola radio dengan model bisnis yang lebih modern.

Semoga tulisan singkat ini dapat membuka wawasan dan ide-ide baru dalam persaingan media yang semakin ketat. Radio harus berani berinovasi dalam segi konten dan juga segi bisnis dan selalu terbuka dengan kebutuhan pendengar dan pengiklan yang terus berubah-ubah. Bayangkan, jika ribuan radio yang ada di Indonesia baik dari kota besar hingga kota kecil dikelola dengan professional dan terus maju akan menjadi Industri yang sangat besar dan membuka lapangan pekerjaan yang luas dari tingkat kota hingga kabupaten sekalipun.

Seperti yang dinyanyikan oleh Freddie Mercury,

“All we hear is radio ga ga,

Radio blah blah
Radio, what’s new?
Radio, someone still loves you”

Maju terus industri radio di Indonesia!

oleh : M. Pati Perkasa -CEO Instereo Radio Consultant-

Leave a Reply