Radio sebagai media konvensional audio yang sempat jaya di era 80an – 90an saat ini memiliki banyak tantangan di era saat ini. Gempuran media digital dan aplikasi-aplikasi yang mencoba menggantikan fungsi radio yang cepat, akurat dan menghibur seakan semakin kuat melawan media radio yang sekarang masih buntu dengan pendekatan baru di era sekarang. Perubahan kebiasaan hidup audience saat ini menjadi sebuah tantangan besar untuk radio agar terus bisa survive sebagai media konvensional berbasis audio.
Hal ini juga tidak hanya terjadi pada industri radio di Indonesia, namun industri radio di Amerika juga merasakan dampak era-modern ini, Survey dari Jacobs Media Tech di tahun 2022 mengatakan bahwa Survei menunjukkan bahwa mendengarkan radio sedang mengalami trend yang sedang turun dan yang terendah ada di generasi muda.
Yang juga menjadi penurunan di radio adalah pencarian musik, sesuatu yang telah digembar-gemborkan oleh industri radio sebagai salah satu kekuatan terbesarnya selama beberapa dekade.
Jacobs Media menambahkan bahwa penurunan dalam mendengarkan radio “didorong oleh teknologi baru yang menawarkan musik bebas komersial dengan biaya bulanan, pemrograman sesuai permintaan, dan radio yang menawarkan pengalaman yang kurang optimal.
Di industri radio yang sangat besar, Industri radio Amerika juga mendapatkan dampak dari era modern digital yang terus dinamis dengan perkembangan jaman, hal ini juga terjadi di Indonesia. Dengan adanya banyak media digital baru dan juga aplikasi-aplikasi yang menawarkan solusi baru yang sebelumnya disediakan oleh radio menjadi daya tarik tersendiri oleh generasi muda yang kini sudah banyak tidak mendengarkan radio atau bahkan tidak tahu ada sebuah media yang bernama radio. Hal ini disebabkan oleh aplikasi-aplikasi digital tersebut yang menggantikan beberapa fungsi radio yang kini berada di dalam gadget. Di era dulu, radio menjadi sebuah media yang mencetak trend musik, bahkan untuk tau musik yang sedang populer di dunia dan indonesia, semua media berkiblat pada radio. Sebutlah tangga lagu Prambors Top 40 yang dulu menjadi kiblat musik di Indonesia pada jamannya, radio bahkan sampai menelurkan banyak musisi terkenal seperti Almarhum Chrisye yang terkenal setelah lagunya diputar di radio Prambors dan radio-radio lain pada saat itu.
Pada era tersebut radio memiliki banyak hal yang tidak diberikan oleh media lain selain mudah untuk dikonsumsi dengan alat yang bisa dibawa dan murah, radio juga menawarkan solusi bagi pendengarnya lewat program dan berita yang sangat dinamis dimana pada saat itu belum ada media yang bisa secara cepat memberikan informasi secepat radio lewat gelombangnya.
Seiring zaman solusi-solusi tersebut banyak tergantikan oleh media online dan aplikasi-aplikasi yang terus berkembang. Untuk mendapatkan sebuah berita yang cepat kini bertebaran di social media dengan mudahnya. Bahkan kini Tiktok menjadi sebuah aplikasi yang menjadi alat pencarian sebuah berita dan apa yang sedang trend. Hanya dengan sentuhan jari di gadget, kita bisa dengan mudahnya mendapatkan berita yang kita cari.
Dari ilustrasi diatas kita harus menyadari bahwa banyak fungsi radio yang kini sudah tidak hanya “dimiliki” oleh radio sebagai kekuatan utama sebagai media. Sehingga orang-orang di radio harus segera mengevaluasi dengan seksama media mereka dan pendekatan bisnis baru apa untuk radio yang memiliki daya tarik agar orang kembali membutuhkan radio. Ini adalah sebuah pekerjaan besar yang harus dilakukan agar radio tidak terus tergerus sebagai media konvensional agar terus berkembang.
Meskipun sekarang sudah banyak radio yang mencoba untuk bertransformasi digital dengan memiliki aplikasi streaming, namun belum ada satu radiopun yang memiliki aplikasi streaming yang besar secara user. Karena masih banyak radio yang berpikir bahwa dengan memindahkan siarannya lewat platform aplikasi itu sudah cukup menarik audience. Nyatanya hal ini tidak banyak berdampak pada industri radio, padahal sudah menaruh banyak investasi di aplikasi streaming yang mereka buat.
Pendekatan baru ini harus dipikirkan secara menyeluruh dengan kajian yang matang, market research yang baik menjadi kunci utama agar radio bisa tau kebutuhan audience yang mereka tuju. Membuang idealisme bahwa bisnis radio itu adalah hanya bisnis audio harus dibuang jauh-jauh. Mungkin dengan market research yang baru radio bisa menemukan formula yang baru yang memperkuat kembali pondasi utama sebagai media. Semua harus berada di posisi “gelas kosong” sehingga insight dapat dicerna dengan seksama untuk menghasilkan pendekatan baru dan juga model bisnis baru.
Dalam 5 tahun ini radio dituntut untuk segera menemukan pendekatan dan model bisnis baru tersebut untuk terus survive didalam kondisi yang sedang tidak menentu ini, bahkan kita tau bahwa landscape bisnis sedang mengalami masa yang tidak menentu di awal tahun 2023 ini. Dalam 5 tahun ini orang-orang yang terlibat di dalam industri radio harus lebih banyak mengerti landscape dunia digital dengan mencari SDM non radio background untuk membantu menganalisa bisnis dan juga pendekatan baru atau berkolaborasi dengan sektor lain agar terus survive yang melibatkan pemerintah, organisasi radio serta para pekerja radio.
5 tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk seluruh radio berbenah, karena perkembangan baru terjadi sangat cepat, sehingga radio harus bergerak dengan cepat untuk menjadi media konvensional yang baru agar tidak declining dari segi audience dan bisnis.
Selamat hari radio dunia…..maju terus Industri radio di Indonesia
ditulis oleh :
@patiperkasa
Kenapa Brand Anda Membutuhkan Konten Podcast?
Dengan lonjakan popularitas podcasting selama beberapa tahun terakhir, banyak bisnis, merek, dan perusahaan mencari opportunity dari podcasting sebagai cara menyampaikan pesan mereka di depan jutaan orang dengan lebih efektif. Podcasting yang sudah marak dari belasan tahun lalu di Amerika kiniRead more…